Silahkan untuk dibuka, caranya: Klik masing-masing judul posting yang diinginkan. Semoga bermanfaat!.

Mengapai Ridho Allah Dengan Siwak

Bagian I: Mengapai Ridho Allah Dengan Siwak

Siwak atau menggosok gigi adalah kegemaran Nabi Saw. Dalam setiap kesempatan beliau selalu bersiwak, bahkan setiap tidur sekalipun siwak selalu siap tersedia di samping beliau. Menjelang wafatnya beliau masih sempat bersiwak terlebih dahulu sebelum menghebuskan nafas terakhir. Allahumma Sholi Wa Sallim ‘alaihi.

Siwak sendiri menurut Imam Nawawi bisa diartikan satu perbuatan untuk membersihkan gigi atau bisa diartikan sebuah kayu yang digunakan untuk menggosok gigi [1]( Kayu Aru; siwak; Salvador Persica).

Jadi gosok gigi seperti yang kital lakukan sehari-hari dengan memakai odol misalnya bisa pula disebut dengan Siwak. Bisa pula diartikan benda atau kayu (kayu aru) yang digunakan untuk mengosok gigi. Meskipun mengosok gigi dengan kayu Aru menurut pandangan mayoritas lebih utama lebih utama.

Tentu saja harus ada niat aatau menghadirkan niat mengikuti sunnah Nabi ketika menggosok gigi, ketika mandi yang dilakukan kita sehari-hari. Dan pastinya tidak ada pahala sama sekali jika tidak diniatkan. Maka gosok gigi yang kita lakukan hanya sekedar membersihkan gigi saja.

Dari hadist-hadist tentang siwak ada sebuah hadist yang sangat luar biasa yakni tatkala ’Aisyah menceritakan:

“Empat macam kebiasaan para Nabi: Malu, memakai minya wangi, bersiwak dan nikah.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Hadist hasan) [2]

Disini kita bisa menepuk dada, bahwa tidak ada sama sekali cerita dari kitab-kitab Allah Swt yang ada sekarang ini, ataupun riwayat dari pada Nabi-nabi Allah selain dari Rasulullah Saw bagaimana kebiasaan para nabi mereka. Kita tahu bahwa para Nabi itu juga bersiwak dari hanya penuturan Nabi kita. Ini sungguh luar biasa sekali, karena sebuah perbuatan yang kecil ternyata dilakukan pula oleh para Nabi yang mungkin saja berjumlah ribuan. Dan kebiasaan para Nabi ini, hanya dikisahkan oleh penuturan penutup semua Nabi, yaitu Nabi Muhammad Saw.

Jadi tidak ada alasan lagi kita meninggalkan bersiwak, ketika wudhu, sholat ataupun ketika hendak melakukan ibadah lainnya.

Allahumma Sholli wa Sallim ‘Alla Muhammad.


I. Sunnah Nabi Yang Hampir Diwajibkan

Satu ibadah yang dianggap ringan namun hampir saja diwajibkan oleh Rasulullah Saw. Namun karena dianggap siwak itu akan memberatkan pada umatnya, maka tidak ada satupun hadist yang menunjukan wajibnya bersiwak. Meskipun sebenaranya jika dilakukan, minimal zaman sekarang sudah sangat mudah sekali. Setiap saat kita, minimal ketika mandi pasti bersikat gigi karena kita tahu manfaat dan fungsi mengosok gigi bagi kesehatan mulut dan gigi.

Namun selayaknya pula tidak meninggalkan siwak minimal ketika berwudhu dan ketika hendak Solat. Seperti anjuran Rasulullah Saw di bawah ini:


لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي- أَوْ عَلَى النَّاسِ لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صلاة

“Jika saja akan memberatkan umatku maka (atau pada manusia), maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat”(HR. Bukhari Muslim)


لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوْءٍ


“Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka utk bersiwak setiap hendak berwudhu.” (HR. Bukhari)



Kebiasaan beliau tidak saja bersiwak ketika wudhu atau solat, namun ketika sesudah Solat pun beliau tetap bersiwak pula. Seperti yang tergambar dalam hadist dibawah ini:


كَانَ رَسُولُ اللهِ j يُصَلِّي بِاللَّيْلِ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَسْتَاكُ


“Adalah Rasulullah Saw solat malam dua rakaat, kemudian pergi bersiwak.” (HR.Ahmad & Ibnu Majah. Hadist Hasan riwayat Ibnu Abbas)[3]



Saat Nabi Pulang Ke Rumah

Dan sungguh menajubkan pula setelah mendengar penuturan istri beliau, Aisyah bahwa pekerjaan yang dilakukan Rasulullah Saw ketika pulang rumah adalah bersiwak!!


عَن عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَ j كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ بَدَأَ بِالسِّوَاكِ

Dari Aisyah ra, “ Adalah (kebiasaan) Nabi Saw ketika masuk rumah, beliau selalu memulai dengan bersiwak.” (HR. Muslim)


Ketika Bangun Tidur

Sesuatu yang lumrah jika menggosok gigi terlebih dahulu sebelum tidur, Namun perbuatan Rasulullah Saw ketika bangun tidur langsung bersiwak adalah contoh yang harus kita tiru juga. Hal ini diketahui dari penuturan beberapa sahabat beliau. Ibnu ‘Umar ra menceritakan:

أَنَّ رَسُولَ الله j كَانَ لاَ يَنَامُ إِلاَّ وَالسِّوَاكُ عِنْدَهُ، فَإِذَا اسْتَيْقَظَ بَدَأَ بِالسِّوَاكِ

“Sungguh Rasulullah Saw tidaklah tidur kecuali siwak (selalu) di dekatntya. Dan jika beliau bangun langsung bersiwak.” (HR. Ahmad. Hadist Sahih)[4]


“Adalah Rasulullah jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. (HR. Bukhari Muslim)

Dari Auf Ibn Malik menceritakan:

قُمْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ j فَبَدَأَ فَاسْتَاكَ ثُمَّ تَوَضَّأَ ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي ، وَقُمْتُ مَعَهُ ، فَبَدَأَ فَاسْتَفْتَحَ الْبَقَرَةَ لاَ يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلاَّ وَقَفَ فَسَأَلَ ، وَلاَ يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلاَّ وَقَفَ يَتَعَوَّذُ ، ثُمَّ رَكَعَ فَمَكَثَ رَاكِعًا ، بِقَدْرِ قِيَامِهِ ، يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ : سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ ، وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ " ، ثُمَّ قَرَأَ آلَ عِمْرَانَ ، ثُمَّ سُورَةً ، فَفَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ


“Aku pernah bangun bersama Rasulullah Saw, kemudian beliau bersiwak, dilanjutkan dengan berwudhu. Kemudian beliau Solat dan aku pun solat. [5](HR. Imam Ahmad, Nasai dan Abu Daud)



Musa al-Asy‘ari ra menceritakan pula:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ j وَهُوَ يَسْتَاكُ بِسِوَاكٍ رَطْبٍ. قَالَ: وَطَرَفُ السِّوَاكِ عَلَى لِسَانِهِ وَهُوَ يَقُوْلُ: أُعْ، أُعْ. وَالسِّوَاكُ فِي فِيْهِ كَأَنَّهُ بَتَهَوَّعُ

“Aku pernah berkunjung kepada Nabi Saw, ketika itu beliau sedang bersiwak dengan siwak basah. Ujung siwak itu di atas lidahnya dan terdengar (suara) “uh..uh’ ketika ujung siwaknya ada di mulut beliau. Seakan-akan beliau hendak muntah.” (HR. Bukhari Muslim)

Kisah Ibn Abbas

عن ابْن عَبَّاسٍ أَنَّهُ بَاتَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَامَ نَبِيُّ اللَّهِ j مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَخَرَجَ فَنَظَرَ فِي السَّمَاءِ ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الأيَةَ فِي آلِ عِمْرَانَ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأََرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ حَتَّى بَلَغَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى الْبَيْتِ فَتَسَوَّكَ وَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى ثُمَّ اضْطَجَعَ ثُمَّ قَامَ فَخَرَجَ فَنَظَرَ إِلَى السَّمَاءِ فَتَلاَ هَذِهِ الأيَةَ ثُمَّ رَجَعَ فَتَسَوَّكَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى

Dari Ibnu Abbas ra bahwasanya suatu malam ia pernah menginap di tempat Nabi Saw, lalu di penghujung malam beliau bangun kemudian keluar dan memandang ke langit kemudian membaca ayat ini (ayat dalam surat Ali Imran), (Sesungguhnya di dalam penciptaan langit-langit dan bumi serta pergantian malam dan siang)...hingga beliau meneruskan sampai ayat (... maka jagalah diri kami dari adzab neraka). Kemudian beliau kembali lagi ke rumah dan bersiwak serta berwudhu. lalu berdiri melakukan shalat, kemudian berbaring dengan miring lalu bangun dan keluar memandang ke langit seraya membaca lagi ayat ini, kemudian masuk lagi ke rumah lalu bersiwak, berwudhu, kemudian berdiri melakukan shalat.” (HR. Muslim)


Siwak Sebelum Wafat

Bersiwak ini merupakan kebiasaan Rasulullah Saw kapan saja dan dimana saja, bahkan menjelang wafatpun beliau masih sempat bersiwak. Hal ini diungkapkan oleh Aisyah yang dengan bangganya menceritakan mendekap Rasulullah menjelang wafatnya di rumahnya sendiri:



أَنَّ عَائِشَةَ كَانَتْ تَقُولُ إِنَّ مِنْ نِعَمِ اللَّهِ عَلَىَّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ j تُوُفِّىَ فِى بَيْتِى وَفِى يَوْمِى ، وَبَيْنَ سَحْرِى وَنَحْرِى ، وَأَنَّ اللَّهَ جَمَعَ بَيْنَ رِيقِى وَرِيقِهِ عِنْدَ مَوْتِهِ ، دَخَلَ عَلَىَّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ وَبِيَدِهِ السِّوَاكُ وَأَنَا مُسْنِدَةٌ رَسُولَ اللَّهِ j فَرَأَيْتُهُ يَنْظُرُ إِلَيْهِ ، وَعَرَفْتُ أَنَّهُ يُحِبُّ السِّوَاكَ فَقُلْتُ آخُذُهُ لَكَ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ أَنْ نَعَمْ ، فَتَنَاوَلْتُهُ فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ وَقُلْتُ أُلَيِّنُهُ لَكَ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ أَنْ نَعَمْ ، فَلَيَّنْتُهُ ، وَبَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ - أَوْ عُلْبَةٌ يَشُكُّ عُمَرُ - فِيهَا مَاءٌ ، فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِى الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ يَقُولُ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ. ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ : فِى الرَّفِيقِ الأَعْلَى

Bahwa 'Aisyah pernah berkata; Diantara nikmat yang Allah berikan kepadaku adalah bahwa Rasulullah Saw diwafatkan di rumahku, (yaitu) pada hari giliranku. Dan beliau ketika itu itu berada di antara dagu dan leherku. Dan sungguh Allah telah menyatukan air liurku dengan air liur beliau ketika beliau wafat. Pada waktu itu Abdurrahman masuk ke rumahku sambil membawa siwak. Sedangkan aku waktu itu bersandar kepada Rasulullah Saw. Aku melihat beliau melihat siwak itu. Aku tahu beliau menyukai siwak. Aku berkata: Aku ambilkan untukmu. Beliau memberi isyarat dengan mengangguk. Kamudian berikan kepada beliau. Namun siwak itu terasa kasar, aku bilangL aku akan haluskan siwaknya. Beliaupun mengangguk. Kemudian aku haluskan siwaknya, dan aku berikan padanya. Di antara kedua tangan beliau ada sebuah kaleng atau ember kecil, (rawai hadist (Umar) ragu-ragu apakah di dalamnya ada air. alu beliau memasukan kedua tangannya ke dalam kaleng tersebut lalu mengusapkannya ke wajahnya sambil berkata; Laailaaha Illallah sesungguhnya kematian itu sekarat (pilu). Kemudian beliau mengangkat tangannya seraya berkata; …Arrafiiqul A'laa…., kemudian beliau wafat dan tangannya jatuh lemas.“(HR. Bukhari)



Kebiasaan Para Nabi

Kebiasaan Nabi Saw bersiwak bukan sekedar kebiasaan saja, namun ternyata siwak itu adalah kebiasaan para Nabi pula. Tidak satupun Kitab suci agama samawi yang ada sekarang ini, menceritakan pribadi Nabi mereka secara mendetail bahkan sampai bersiwak pula, kecuali Islam. Dari hadist dibawah ini kitapun bisa mengetahui bahwa para Nabi dan para rasulpun dulunya bersiwak dan menjadi kebiasaan mereka.





اَرْبَعٌ مِنْ سُنَنِ المُرْسَلِيْنَ الحَيَاءُ التَّعَطُّرُ وَالسِّوَاكُ وَالنِّكَاحُ



“Empat macam kebiasaan para Nabi: Malu, memakai minya wangi, bersiwak dan nikah.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Hadist hasan) [6]





Anjuran Siwak Kepada Sahabatnya









“Aku sering menganjurkan kalian banyak bersiwak.” (HR. Nasai)





لَقَدْ أُمِرْتُ بِالسِّواك حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يَنْزِلُ عَلَيَّ فِيهِ قُرْآنٌ أَوْ وَحْيٌ



“Aku selalu diperintah bersiwak hingga aku menyangka akan diturunkan wahyu padaku.” (HR Abu Ya’la dan Ahmad)[7]



Bersiwaklah Karena Mampu Meraih Ridho Allah



السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ





“Siwak dapat membersihkan mulut dan (mamp mengapai) ridho Allah.”(HR. Nasai dan di sahihkan oleh Ibn Khuzaimah. Semua rawinya tsiqot).[8]









Bagian II: Siwak Dalam Kehidupan Kita



Gosok Gigi Yang Bagaimana Yang Dapat Pahala Itu..???

Bersiwak ataupun menggosok gigi sambil meniatkan dalam hati bahwa hal itu dikerjakan untuk mendapat pahala, atau mengikuti sunnah Nabi Saw itulah yang akan diganjar pahala. Meskipun kita beranggapan bahwa menggosok gigi itu sudah dilakukan sejak kecil dan sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan tiap hari, namun jika tidak meniatkan seperti yang diatas tentunya tidak ada pahala apapun. Dia nantinya hanya sekedar membersihkan gigi saja. Sebuah hadist mutawatir mengingatkan kita akan pentingnya menghadirkan Niat:





إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوُله ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا ، أَو امْرأَةٍ يَنْكِحُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ



“Sesungguhnya amal perbuatanitu (sangat) tergantung kepada niat dan bagi seseorang (pahalanya itu) tergantung dari niatnya. Barang siapa yang hijrahnya (hanya) karena Allah dan rasulNya, maka hijrahnya untuk Allah dan RasulNya. Dan barang siapa yang hijrahnya (hanya) untuk meperoleh dunia semata atau untuk wanita yang akan dinikahinya, maka ia akan mendapatkan (apa yang ditujunya).” (HR. Bukhari Muslim)



Hadist diatas mengingatkan kita pentingnya berniat, karena niat itu adalah bagian yang tidak terpesihkan dari ibadah itu sendiri.

Jadi niatkan dari sekarang ketika gosok gigi mengikuti Sunnah Nabi Saw, Insya Allah perbuatan harian yang kita lakukan, meski dianggap ternyata mampu menambah pahala sekaligus mengapai Ridho Allah.





Ya Betul, Kalau Wudhu Saya Bisa Gosok Gigi..Kalau Solat !!

Jadi bawalah sikat gigi kemana-kemana, meskipun ke kantor sekalipun. Tapi jika lupa bawa gogok gigi bisa bersiwak dengan menggunakan tangan seperti dalam hadist dibawah ini.

Karena hadistnya panjang cukup ditulis bagian yang berkaitan dengan siwak menggunakan tangan:





فَغَسَلَ يَدَيْهِ وَوَجْهَهُ ثَلاَثًا فَأَدْخَلَ بَعْضَ أَصَابِعَهُ فِيهِ واسْتَنْشَقَ ثَلاَثًا



“Beliau membasuh kedua tanggan dan wajahnya tiga kali kemudian memasukan jarinya ke dalam mulut beliau. Kemudian berkumur dan menghirup air (oleh mulut) tiga kali….” (HR. Ahmad, Baihaqi dan Thabarani)







Tapi bagaimana kalau akan solat di Masjid? Apa harus bawa sikat gigi pula?

Para pakar fikih membolehkan bersiwak dengan sesuatu yang lembut misalnya dengan sapu tangan atau ujung baju. Jadi ketika hendak ke Masjid bisa mengosok gigi dulu di rumah ketika wudhu. Namun jika ternyata lupa sedangkan kita sudah berada di Masjid atau kasus seperti itu. Bisa kita gunakan sapu tangan atau ujung baju atau apa saja kemudian kita gogok gigi kita sekedarnya, untuk meraih pahala sunnah. Ataupun bisa menggunakan kayu aru yang sekarang sudah di jual banyak di toko-toko di Indonesia.





Ibadah Yang Sangat Dianjurkan Sekali Bersiwak

Sebenarnya bersiwak sangat dianjurkan setiap saat, namun ada lima keadaan yang sangat dianjurkan sekali yaitu:

1. Ketika Wudhu

2. Ketika Hendak Sholat

3. Sebelum Membaca Al-Qur’an

4. Bangun tidur

5. Ketika berubah bau mulut



Namun beberapa ulama menambahkan yaitu:

6. Ketika masuk rumah

7. Ketika hendak bertemu dengan orang lain

8. Ketika gigi menguning [9]

9. Ketika banyak bicara

10. Ketika memakan bau yang tidak sedap [10]

11. Ketika membaca atau belajar hadist

12. Ketika Dzikir

13. Waktu sahur

14. Dan sesudah solat Witir [11]

15. Ketika masuk masjid

16. Ketika Mandi [12]







Kesimpulan


Siwak hukumnya Sunnah Muakkad (sangat dianjurkan sekali) dan sayang sekali jika meninggalkannya. Karena Siwak meskipun dianggap kecil namun mampu meraih ridho dan rahmat Allah Swt pula. Selain juga sebagain warisan berharga dari sunnah Nabi kita yang hendak menjadi Soleh dan Takwa.
Siwak itu merupakan salah satu syariat sebelum kita karena siwak dianjurkan pula sejak Nabi Ibrahim seperti yang dierangkan oleh hadist diatas (Empat macam kebiasaan para Nabi….”)
Bahwasannya Rasulullah Saw selalu bersiwak di setiap kesempatan bahkan menjelang wafatnya, beliau masih sempat bersiwak.
Satu ibadah yang dianggap kecil terkadang tidak berarti, namun jika dilakukan karena anjuran Nabi dan mengikuti sunahnya maka ibadah itu akan berpahala besar. Bahkan disebutkan bahwa siwak dapat mengapai Ridho Allah Swt.
Tidak mengapa mencari berkah dalam sebuah ibadah, mencari sehat dalam melaksanakan ibadah. Seperti siwak misalnya, selain dapat menyehatkan mulut dan gigi, siwak mampu pula meraih Ridho Allah Swt.
Sebuah perbuatan kecil, didanggap remeh, namun ketika diniatkan ibadah, diniatkan mengikuti sunnah Nabi, mampu mengapai Ridho Allah. Dan tentunya perbuatan ini diharuskan pula kontinu (istiqomah).

DOA-DOA

STUDY BLOG

Popular Posts